Kisah Mahasiswa Pemulung
Beberapahari yang lalu, saya sempat menonton sebuah acara talkshow di salah satu stasiun TV Swasta. Kebetulan salah satu narasumber dalam acara tersebut adalah seorang pemulung yang bernama Wahyudin. Pemulung ini punya cerita inspiratif tentang perjuangannya untuk bisa kuliah. Dia menceritakan perjuangannya bekerja dari kecil untuk membiayai sekolahnya sendiri. Berbagai cara dialakukakan untuk mencari uang untuk membiayai sekolahnya, mulai dari bekerja sebagai loperkoran, sampai akhirnya menjadi pemulung.
Wahyudin memang seorang pemulung, tapi dia juga seorang mahasiswa. Kecerdasan dan kepercayaan dirinya sangat jelas terlihat di setiap ia merespon pertanyaan yang diajukan host. Dengan banyak mimpi di hidupnya, ia mampu menjadi sosok yang berani, percaya diri, dan tidak menyerah pada kehidupan. Memulung sejak usia SD, sudah banyak rasa, kisah, dan pengalaman yang ia dapatkan. Benarkah Wahyu tidak pernah merasa malu atau minder dengan aktifitasnya itu? Tidak juga. Sempat satu waktu iamenitikkan air mata ketika melihat seorang pelajar yang diantar menggunakan mobil jemputan ke rumahnya, sementara ia sedang mengais-ngais di tempat sampah. Dia merasakan nasib yang sangat jauh berbeda dengan anak tersebut.
Namun, tentu kesedihan itu tak pernah ia pupuk. Pada akhirnya, ia bisa bersyukur dengan keadaannya saat ini, di mana ia diberikan kesempatan untuk menjalani hidup yang keras dan menjadikannya sosok yang kuat, tegar, dan percaya diri.
Keinginan belajarnya juga tak pernah putus. Bagaimana ia memiliki uang untuk kuliah? Sebenarnya ia tidak memilikinya, bahkan ia hanya bisa menargetkan untuk bisa kuliah tahun 2013 ini. Namun, siapa sangka justru di tahun inilah ia akan segera menyelesaikan kuliahnya. Hal itu berawal ketika ia tidak sekolah dan hanya memulung saja. Merasa jadi orang bodoh tanpa berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, akhirnya ia berniat untuk menyantuni anak-anak yatim di sekitar komplek rumahnya.
Maka, niat yang tulus akan berbuah besar. Maksud hati ingin membantu anak yatim, tapi ternyata berkat juga datang untuk dirinya sendiri. Ada pihak yang tertarik dengan sepak terjangnya dan menawarkan untuk membantu biaya kuliahnya. Bak mendapat durian runtuh, Wahyu pun segera mendaftar kuliah yang sebenarnya sudah ditutup Ia pun memaksa petugas registrasi untuk memberikan kesempatan padanya dengan terus berucap bahwa ia seorangpemulung yang ingin kuliah.
Cerita inspiratif pemulung ini membuat saya tersadar bahwa membantu sesama merupakan salah satu jalan kesuksesan mewujudkan impian kita. Hal inilah yang selama ini masih jarang saya lakukan. Saya terlalu banyak disibukkan dengan urusan pribadi saya, sehingga jarang berfikir bagaimana membantu sesama. Padahal dalam agama sudah dijelaskan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Kebaikan-kebaikan yang kita berikan kepada orang lain akan kembali lagi kepada diri kita. Sekarang saya bertekad untuk berubah dan lebih banyak berbuat baik untuk sesama.
sumber : http://www.cielsbm.org/inspirasi-dari-wahyudin-sang-mahasiswa-pemulung.html
Subhanallah ,
ReplyDeleteSubhanallah
ReplyDeleteSubhanallah
ReplyDelete