Wednesday, 27 November 2013

Cerpen Sang Bidadari dari Surga


Sang Bidadari dari Surga

 karya : kang tris

Suatu  pagi  di  sebuah  pesantren  di  Karanggedang  Bukateja  terlihat  seorang  gadis
berwajah  ayu  duduk  termenung  di  sebuah  sudut  ruangan.  Tatapan matanya  terlihat
sedikit  sendu.  Sedangkan  disampingnya  terlihat  seorang  ibu  yang  sudah  renta
menemani gadis itu.
Sementara  itu,  didalam masjid  tampak Kyai  Ilyas masih menunaikan  sholat  dhuha
sedangkan para santri terlihat ada yang sedang membersihkan halaman, ada juga yang
masih  terlihat membaca sebuah kitab kuning. Sementara disisi  lain,  terlihat beberapa
santri  yang  terlihat  lebih  berumur  bersiap  –  siap  sambil  menjinjing  kitab  ”Ihya
’Ulumuddin”, karena kebetulan hari itu jadwal kajian kitab tersebut.
Setelah beberapa lama, terlihat Kyai Ilyas turun dari masjid menuju rumah. Umurnya
sudah termasuk udzur, langkahnya pelan serta sedikit menunduk ke depan, sementara
di tangan kanannya masih tampak memegang seutas tasbih.
” Wis suwe Na ?”  tanya Kyai  Ilyas kepada putrinya. ”Belum kok, bah.”  jawab Ana.
Rupanya  yang  datang  adalah  putri  Kyai  Ilyas  sendiri.  Ana  Nuraeni  namanya.
Kemudian  terlihat  Ana  dan  Kyai  Ilyas  ngobrol  kesana  kemari  tentang  kondisi
keluarga. Rupanya Ana  adalah  putri  sulung Kyai  Ilyas  yang  sudah  berumah  tangga
dengan  Ghufron,  santri  dari  Kyai  Ilyas  sendiri. Mereka  kebetulan  tinggal  di  Desa
Kutawis,  tidak  jauh  dari  pesantren  Kyai  Ilyas.  Ghufron  sehari  –  hari  mengajar  di
sebuah Madrasah Aliyah di Purbalingga,  sedangkan Ana  sendiri menyibukan hari –
harinya  dengan memberikan  kursus  bahasa  arab  secara  privat  ke  beberapa  anak  di
Bukateja, Kemangkon, Rakit, bahkan di Purbalingga.
”Bah, kebetulan sekarang yang minta kursus privat bahasa arab semakin banyak, nih
bah.” Ana mulai berbicara  serius kepada Kyai  Ilyas. ”Wah bagus  itu, berarti  ladang
beramal kamu  semakin banyak.”  jawab Kyai  Ilyas.  ”Namun begini bah, waktu  saya
semakin  banyak  yang  tersita,  sehingga  pekerjaan  di  rumah  mulai  keteteran,  apa
sebaiknya Ana ambil pembantu dari santri Abah ?”  tanya Ana Nuraeni kepada Kyai
Ilyas.

”Wah, itu ga apa – apa, kalau memang menurut kamu merasa bermanfaat.” kata Kyai
Ilyas.  Namun  sesaat  kemudian  Kyai  Ilyas,  melanjutkan  kata  –  katanya,  ”  Namun
demikian,  bolehkah  abahmu  ini  sedikit  bercerita  tentang  seorang  bidadari  surga.”
Bidadari  siapa  bah  ?”  tanya  Ana.  ”Bidadari  itu  bernama  Fatimah  az  Zahra,  puteri
Rasulullah saw”.
”Suatu  hari  Ali  mendengar  bahwa  Rasulullah  saw  mendapat  beberapa  orang
budak.  Maka  iapun  meminta  kepada  Fatimah  untuk  pergi  menemui  Rasulullah
guna  meminta  salah  satu  budak  agar  bisa  meringankan  pekerjaan  Fatimah.
Pergilah  Fatimah  memenuhi  permintaan  Ali,  tapi  sesampainya  di  tempat
Rasulullah ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang.
Sesampainya di rumah  ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah
kembali menemui  Rasulullah,  karena  Fatimah  diam  saja,  akhirnya  Ali  lah  yang
meminta  kepada  Rasulullah  untuk memberi  mereka  salah  satu  budak  agar  bisa
meringankan  pekerjaan  Fatimah.  Tapi  Rasulullah  tidak  bisa  mengabulkan
permintaan  keduanya,  karena  hasil  penjualan  budak-budak  tersebut  akan
dibelikan makanan untuk para fakir miskin.

Pulanglah pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya
Tapi  pemandangan  itu  menyentuh  hati  Rasulullah  sebagai  seorang  ayah
Malamnya  Rasulullah mendatangi  putrinya  Fatimah,  beliau  bersabda:  "Maukah
kalian  berdua  aku  beri  sesuatu  yang  lebih  baik  dari  apa  yang  kalian  minta?
keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya Rasulullah." Rasulullah berkata
"kalimat yang diajarkan Jibril ; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan takbi
10  kali  setiap  selesai  sholat. Dan apabila  kalian hendak  tidur bacalah  tasbih 33
kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali."
Kisah  Fatimah  az  Zahra,  tidak  hanya  itu  saya  yakin  kamu  masih  ingat  Naseha
Rasulullah saw kepada Siti Fatimah  tentang penggilingan gandum kan ?” tanya Kya
lyas. ” Tentu masih ingat bah.” jawab Ana sambil menunduk.
Saya yakin kamu bisa membayar gaji pembantu  itu, namun yang belum saya yakin
dalah niatmu mengambil pembantu  itu. Apakah benar – benar  ikhlas membagi  ilmu
ahasa arabmu ? atau karena  terpancing mengejar banyaknya bayaran dari kursusmu
tu ? ” begitu ungkapan Kyai Ilyas kepada putrinya.
Mendengar pertanyaan dari Abahnya, Ana  tertunduk malu, kemudian  ia berkata  lirih
epada  Abahnya,  ”  saya  malu  bah,  malu  kepada  keluhuran  akhlak  puteri  bagind
Rasulullah saw, dan malu karena niat saya yang belum lurus”.

No comments:

Post a Comment